Inilah artikel atau bacaan religi tentang Hantu, Jin Qorin, dan Setan Dalam Perpesktif Islam. Selamat Membaca
Apakah hantu itu?
Begini penjelasannya.
Hantu dalam berbagai budaya dan kepercayaan lokal, sering dianggap sebagai roh, atau entitas gaib yang muncul setelah seseorang meninggal dunia. Ada yang beranggapan bahwa hantu adalah roh jahat dari orang yang meninggal, dan ada juga yang beranggapan bahwa hantu adalah jin yang menyerupai orang meninggal, untuk mengelabuhi manusia dan merusak akidahnya.
Anggapan tentang hantu adalah roh jahat dari orang yang meninggal, didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki ruh yang ditempatkan oleh Allah dalam jasadnya. Ketika seseorang meninggal, maka ruh tersebut dipisahkan dari tubuh dan mengalami kehidupan setelah mati, lalu ada yang gentayangan.
Pandangan Islam menyatakan bahwa setelah kematian, ruh akan mengalami kehidupan di alam barzah, suatu fase antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Kemudian pada hari kiamat, ruh itu akan dikembalikan ke tubuhnya yang baru, setelah dibangkitkan dari kubur. Dan setiap individu akan diadili berdasarkan amal perbuatannya sewaktu di dunia, kemudian mereka menjalani kehidupan akhirat di surga, bagi mereka yang beriman dan beramal soleh, atau di neraka, bagi mereka yang tidak taat kepada ajaran Allah.
Apakah hantu itu roh yang gentayangan?
Allah subha nahu wataala berfirman, yang artinya::
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan dalam illiyyin.
AlMutoffifin, ayat 18.
Di dalam kitab tafsir Jalalain dijelaskan bahwa, illiyyin juga berarti nama sebuah tempat di langit ke tujuh, di bawah 'Aras. Di sanalah ruh ruh orang soleh berkumpul untuk mendapatkan kenikmatan alam barzah.
Ibnu Munabbih pernah berkata: “Sesungguhnya Allah subha nahu wataala telah membangun sebuah kampung di langit ketujuh yang disebut al-Baido’. Di kampung itulah ruh orang-orang mukmin berkumpul. Jika ada penduduk dunia yang meninggal dunia, ruh-ruh itu akan menyambutnya dan bertanya kepadanya tentang kabar dunia sebagaimana seorang perantau bertanya tentang keluarganya ketika ia kembali kepada mereka.” Hadits Riwayat Abu Nuaim dalam Kitab Hilyat al-Auliya'.
Sedangkan roh orang kafir dan zalim, mereka akan di kumpulkan di tempat yang bernama Sijjin.
Allah subha nahu wataala berfirman, yang artinya:
Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin.
Al Muthaffifin, ayat 7.
Di dalam kitab tafsir Jalalain dijelaskan bahwa, Sijjin juga mempunyai makna tempat di lapisan bumi ke tujuh, sebagai kampung ruh orang-orang kafir dan zolim untuk mendapatkan azab alam barzah.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, hantu bukanlah roh orang jahat yang gentayangan, karena mereka sedang menjalani hukuman atau azab di alam barzah hingga datang hari kiamat.
Begitu juga roh orang soleh, tidak mungkin gentayangan atau menjelma menjadi hantu. Karena mereka sedang menikmati kehidupan yang nyaman di alam barzah, hingga kiamat.
Lalu, apakah hantu itu jin?
Anggapan bahwa hantu adalah jin, dalam hal ini cenderung merujuk pada jin qorin.
Dalam Islam, jin qorin dinyatakan sebagai setan pendamping yang mempengaruhi manusia ke hal hal negatif. Namun, konsep jin qorin ini tidak serta merta terkait dengan konsep hantu. Karena pada dasarnya, Allah menciptakan bagi setiap manusia, dua pendamping. Yaitu malaikat qorin dan jin qorin.
Malaikat qorin diciptakan untuk selalu mempengaruhi manusia berbuat kebajikan, sedangkan jin qorin diciptakan untuk mempengaruhi manusia berbuat keburukan. Allah menciptakan keduanya sebagai penyerta manusia pada masa hidupnya, untuk menguji manusia yang berakal, apakah ia lebih mengikuti bisikan malaikat atau bisikan setan atau jin qorin.
Selaku pendamping, jin qorin tentu mengetahui betul seluk beluk seseoramg dari sejak lahir hingga akhir hayatnya. Bahkan tarkala ada seseorang kesurupan, ia bisa tahu seluk-beluk kehidupan orang lain, maupun kisah orang yang sudah lama meninggal. Hal ini dikarenakan yang menguasai jasad orang saat kesurupan itu bukan dirinya, melainkan jin qorinnya, yang mencoba memahami riwayat hidup orang lain, melalui interaksi dengan jin qorin lainnya, dalam dimensi alamnya. Kemudian dimplementasikan lewat jasad seseorang, yang sedang kesurupan.
Allah subha nahu wataala berfirman, yang artinya:
Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih, yakni Al-Qur'an, Kami biarkan setan menyesatkannya dan menjadi qarin atau teman karibnya. AzZuhruf ayat 36.
Terkait hal ini, Abdulloh bin Mas oud berkata, bahwa Rosu lulloh sollallo hualaihi wasallam bersabda:
Tidaklah seorangpun di antara kamu kecuali disertakan padanya qorîn dari kalangan jin, dan qorîn dari kalangan malaikat”. Para sahabat bertanya: “Kepada anda juga, wahai Rosu lulloh?”. Beliau menjawab: “Juga kepada saya. Tetapi Allah Azza wajalla membantuku melawannya, sehingga dia masuk Islam. Maka dia tidak memerintahkanku, kecuali dengan kebaikan”. Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad.
Sedangkan hantu sebagaimana yang diwacanakan di awal, berbeda dengan konsep Islam tentang ruh dan jin qorin. Karena hantu mempunyai kecenderungan menampakkan wujud jelmaannya berupa bentuk atau sifat yang ia kehendaki, termasuk penyerupaan dengan wujud, atau sifat orang yang sudah meninggal. Biasanya, hantu menampakkan kepada orang yang sedang lemah iman, orang takut, anak-anak, dan perempuan, karena mereka lebih mudah dipengaruhi.
Mengenai penampakan jin, Abu sa'labah alkhusyani berkata yang artinya: "Rosu lulloh sollallo hualaihi wasallam telah menghabarkan kepada kami, bahwasannya jin itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan atau melayang di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing-anjing, dan ketiga, jin yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" Hadits Riwayat Tabrani, Hakim, dan Baihaki.
Berdasarkan beberapa keterangan tersebut, maka jin qorin belum dapat dikatakan hantu sebagaimana diwacanakan di awal, karena jin qorin bersifat mempengaruhi manusia berbuat jahat, bukan menakut-nakuti, atau menampakkan wujud, sebagaimana hantu menurut anggapan orang-orang.
Jadi, hantu itu apa?
Islam tidak secara spesifik membahas konsep hantu, baik dalam nash-nash Al-Quran maupun Hadis. Namun dalam Islam, kepercayaan pada adanya makhluk gaib, seperti malaikat dan jin, adalah diakui. Malaikat diciptakan dari cahaya, dan Jin diciptakan dari api. Keberadaan mereka adalah mutlak adanya, tetapi terkategorikan sebagai makhluk halus, karena pada umumnya tidak dapat dijangkau oleh panca indra, walaupun sewaktu-waktu dapat berubah wujud lain.
Mengenai keberadaan dan karakteristik jin secara umum, telah diterangkan oleh Allah subha nahu wataala, yang artinya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Azzariyat, ayat 56.
Ayat lain menyebutkan:
Iblis itu dari golongan jin, dan dia membangkang terhadap perintah Tuhan-nya. Al-Kahfi ayat 50.
Ayat selanjutnya menyebutkan:
Yang mengganggu di dada manusia, dari bangsa jin dan manusia.
AnNas ayat 4 dan 5.
Ibnu Sina, seorang pakar Islam kenamaan, dalam risalahnya menyangkut Definisi Berbagai Hal, menyebutkan bahwa, jin adalah binatang yang bersifat hawa, yang dapat mewujud dalam berbagai bentuk.
Sedangkan setan adalah sifat, dan bukanlah makhluk. Segala sifat jahat dan prilaku buruk yang mengganggu, khususnya lewat jalur batin adalah sifat setan. Perilaku buruk ini, bisa dilakukan oleh jin dan manusia.
Dari beberapa keterangan tadi, dapat dipahami bahwa jin itu mempunyai golongan tersendiri. Ada golongan yang jahat dan ada yang taat. Jin yang membangkang disebut iblis, jin yang mengganggu disebut setan. Jin juga mempunyai karakteristik tersendiri sehingga tidak semua jin adalah iblis atau setan tetapi ada yang taat. Namun demikian, entitas jin secara umum, dapat berubah wujud ke bentuk bukan aslinya.
Dan eksistensi hantu lebih cenderung kepada jin yang memiliki sifat setan, karena keberadaannya yang memiliki karakter dapat merubah bentuk, dan memiliki sifat pengganggu. Jadi, hantu memang ada, namun entitasnya lebih cenderung kepada jin yang memiliki sifat setan, bukan jin qorin, dan bukan roh orang meninggal.
Allo hua'lam bissowab..
0 komentar:
Post a Comment