Inilah 5 Tips memilih pemimpin menurut Islam. Selamat Membaca.
Di dalam memilih pemimpin, Islam melalui Al Quran dan Al Hadits memberikan petunjuk sebagai syariat yang harus diikuti oleh umatnya. Jika petunjuk itu dikuti pasti akan membawa kebaikan umat, tetapi jika petunjuk itu diabaikan pasti akan menyengsarakan umat. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam seharusnya mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut karena merupakan syariat agama Islam.
Dalam hal memilih pemimpin yang sesuai syariat, Islam melalui Al Quran dan Al Hadits memberikan petunjuk atau tips-tips, setidaknya dalam 5 hal.
1. Adil
Syarat utama untuk menjadi pemimpin adalah adil. Adil artinya adalah mampu menempatkan suatu sesuai tempatnya, dan tidak memihak kecuali pada suatu kebenaran. Sikap adil dapat ditunjukkan dengan memberikan hak-hak orang lain sesuai ketentuan dan menuntut kewajiban-kewajiban orang lain sesuai kemampuan.
Lawan dari adil adalah zalim, yakni menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sikap zalim dapat diketahui dengan perbuatan memberikan hak-hak orang lain tidak sesuai aturan, ataupun menuntut kewajiban-kewajiban orang lain di luar batas kemampuan. Zalim juga berarti menahan hak orang lain, curang dan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan sebagai aturan.
Dalam hal memilih pemimpin yang adil dan menghindari pemimpin yang zalim, Allah Subhanahu waTa’ala berfirman:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قال لا ينال عهدي الظالمين
“Dan (ingatlah) ketika Tuhan menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata: ”Bagaimana dengan keturunanku?” Tuhan berfirman: ”Perjanjian-Ku tidak meliputi orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 124)
2. Ahli
Syarat kedua menjadi pemimpin adalah ahli. Ahli artinya adalah orang yang mahir di bidang tertentu. Maksudnya adalah orang yang memiliki kemampuan mumpuni di bidangnya, dalam hal ini kemampuan di dalam memimpin.
Orang yang ahli dapat diketahui dari prestasi sebelum-sebelumnya, baik ketika memimpin organisasi kemasyarakatan, lembaga swasta, maupun instansi pemerintahan. Di samping itu, keahlian dapat ditunjukkan dengan penghargaan yang diperoleh selama ini.
Dalam hal memilih pemimpin yang ahli di bidang kepemimpinan dan menghindari pemimpin yang awam, Rasulullah saw, bersabda:
فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظَرْ السَّاعَةَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
“Apabila sifat amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat (kehancuran)”. Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat”. (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).
3. Lemah Lembut
Syarat ketiga menjadi pemimpin adalah lemah lembut. Lemah lembut maksudnya adalah ramah, santun, dan baik hati. Sikap lemah lembut dapat ditunjukkan dengan tutur kata yang ramah dan perasaan nyaman berada di dekatnya karena merasa dihargai dan dihormati. Hal ini akan menjadikan interaksi positif, responsif, dan dinamis.
Lawan dari lemah lembut adalah keras hati. Sikap keras hati dapat diketahui dengan ujaran kata-kata kasar, merendahkan, menghina, hingga menghujat orang lain. Orang keras hati biasanya tidak mau menerima nasehat, tidak ada rasa empati, dan bersikap sewenang-wenang.
Dalam hal memilih pemimpin yang lemah lembut, dan menghindari pemimpin yang keras hati, Allah Subhanahu waTa’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
"Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. Ali Imran ayat 159:)
4. Menyuruh pada kebenaran
Syarat keempat menjadi pemimpin adalah menyuruh pada kebenaran. Maksudnya adalah kesanggupan memerintah orang lain ke arah yang benar. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan adanya aturan yang mengarahkan pada kebenaran atau pembelaan terhadap yang benar walaupun diiming-imingi berbagai keuntungan namun dengan cara yang salah.
Dalam hal memilih pemimpin yang sanggup menyuruh pada kebenaran, dan menghindari pemimpin yang cenderung pada kebatilan, Allah Subhanahu waTa’ala berfirman:
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ
"Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS Al Anbiya' ayat 73)
5. Cinta
Syarat kelima menjadi pemimpin adalah adanya cinta. Sikap cinta dapat ditunjukkan dengan adanya kasih sayag yang tulus kepada orang lain. Lebih bagus lagi jika cinta ini terjadi antara pemimpin dan yang dipimpin. Artinya, pemimpin memimpin karena cinta, sedangkan yang dipimpin mau dipimpin juga karena cinta.
Dalam hal memilih pemimpin yang mencintai dan atau yang dicintai, serta menghindari pemimpin yang membenci dan atau dibenci, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
خِيارُ أئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ ويُحِبُّونَكُمْ، ويُصَلُّونَ علَيْكُم وتُصَلُّونَ عليهم، وشِرارُ أئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ ويُبْغِضُونَكُمْ، وتَلْعَنُونَهُمْ ويَلْعَنُونَكُمْ
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (Hadis riwayat Imam Muslim).
Demikianlah tips memilih pemimpin menurut Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadits yg memberikan petunjuk bagaimana seharusnya kita memilih, termasuk di dalamnya yaitu, kiat untuk menjadi pemimpin. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Amin yra.
0 komentar:
Post a Comment