Inilah kisah tentang kemurahan hati Sayyidina Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah. Kemurahan hati beliau senantiasa diingat dari masa ke masa tak terkecuali pada zaman milenial ini. Hal ini tentu karena diawali keikhlasan beliau menjalankan perintah Allah SWT. dən dilandasi ketulusan beliau mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw.
Selamat Membaca !
Selamat Membaca !
Dikisahkan, bahwa suatu hari isterinya Fatimah menyuruh Sayyidina Ali pergi membeli barang dapur utk keperluan mereka. Fatimah menyerahkan sejumlah uang kepada Sayyidina Ali utk tujuan tersebut. Dengn menaiki kuda, Sayyidina Ali pergi ke pasar utk membeli barang yg dikehendaki isterinya.
Namun di dalam perjalanan, tiba2 ada seorang miskin datang utk meminta sedekah kepadənya. Sayyidina Ali merasa kasihan kepada peminta sedekah itu. Lalu beliau memberi uang yg ada di dalam sakunya kepada peminta sedekah itu, yakni uang yg diberi oleh isterinya utk membeli barang keperluan keluarga.
Dengn demikian maka uang tersebut sudah habis. Maka Sayyidina Ali pun bermaksud pulang kembali ke rumah karena tak ada lagi uang utk belanja.
Dengan perasaan bersalah, beliau segera membalikkan kudanya ke arah menuju rumah. Namun sebelum sampai dirumah, tiba2 muncul seorang saudagar kaya datang menemui Sayyidina Ali.
Saudagar itu menyatakan ketertarikannya kpd kuda yg sedang ditunggangi Sayyidina Ali dən mau membeli kuda kepunyaan beliau. Tak tanggung-tanggung! Saudagar kaya itu menawarnya dgn harga yg mahal.
Tanpa pikir panjang, Sayyidina Ali pun bersepakat menjualnya. Maka uang hasil penjualan kuda itulah yg digunakan beliau utk membeli barang keperluan hariannya.
Akhirnya, Sayyidina Ali bisa pulang dgn membawa barang keperluan keluarganya dən sejumlah uang sisa penjualan kudanya. Siti Fatimah yg sedari pagi menunggu kedatangan Sayyidina Ali terlihat sumringah melihat suaminya berhasil mendapatkan barang yg diperlukan.
Dən sebelum Siti Fatimah bertanya dari mana uang yg disodorkan suami kesayangannya itu, Sayyidina Ali terlebih dahulu menceritakan detail kronologinya kepada isterinya, Fatimah bersyukur ke hadirat Allah atas karunia yg diberi. Siti Fatimah bahkan menambahkan bahwa buah dari memberi sesuatu kpd orang yg memerlukan akan dibalas dgn pemberian yg terbaik oleh Allah Yang Maha Pemberi.
Begitulah rizki yg Allah janjikan kepada hambaNya seringkali melalui cara yg tak terduga, yakni: Min haytsu laa yahtasib.
Terimakasih atas kesempatan yg Anda luangkan utk membaca kisah ini. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya utk kita amalkan dalam kehidupan kita dən anak keturunan, penerus kita. Aamiiin YRA.
Anda sudah membaca kisah ini dari
Taman Baca Virtual.
Bacaan serupa bisa Anda temukan di Menu > Label > Kisah.
Terimakasih
0 komentar:
Post a Comment