Al-Kisah
Dulu, ada seorang pemuda soleh lagi taat beribadah. Suatu hari ia mendapat khabar bahwa di suatu tempat yg tak jauh dari kampung rumahnya ada sebatang pohon besar yg menjadi sesembahan oleh penduduk kampung.
Karena ia pikir perbuatan itu merupakan kesyirikan yg tak boleh dibiarkan, maka pemuda soleh itu bergegas mengambil sebilah kampak lalu pergi utk menebang pohon besar tersebut. Dengan semangat amar makruf nahi mungkar ia melangkah menuju tempat yg dimaksudkan.
Namun tiba-tiba, di pertengahan jalan pemuda soleh itu dihadang oleh iblis yg berupa seorang lelaki. Iblis itu menghalangi jalan si pemuda sehingga terjadi pergulatan sengit antara mereka.
Di akhir pergulatan ternyata si pemuda soleh itu mampu mengalahkan iblis walaupun tanpa daya upaya yg berarti. Iblis pun mengakui kekalahannya. Tetapi diam-diam dia masih khawatir, kalau-kalau di hari berikutnya si pemuda itu masih ada niatan utk menebang pohob besar itu.
Akhirnya iblis mengatur strategi demi menyelamatkan pohon besar yg semakin hari semakin ramai dikunjungi penyembahnya itu. Iblis menawarkan kepada si pemuda soleh tersebut satu dinar emas setiap pagi
asalkan niat utk menebang pohon itu dibatalkan.
Rupanya si pemuda soleh itu tergoda dengan hasutan iblis, dan balik bertanya, "Maukah tawaranmu itu kau anggap janji?" Iblis menjawab, "Ya. Itu janjiku untukmu."
Lalu si pemuda soleh pulang ke
rumah sambil membayangkan satu dinar emas perhari, tanpa harus bekerja lagi. Bayangan jadi kaya raya pun seolah-olah dekat di pelupuk matanya. Dia betul-betul sudah terbius oleh janji iblis yg menyerupai lelaki itu.
Hingga keesokan harinya, ia mendapati ada sekeping dinar emas di bawah bantalnya. Dengan demikian ia mengakui bahwa iblis itu sudah menunaikan janjinya. Begitu juga di hari kedua, ia dapatkan lagi ada sekeping dinar emas dibawah bantalnya. Maka semakin yakinlah ia bahwa iblis itu memang menepati janjinya.
Namun pada hari ketiga, ia bolak-balik bantalnya tapi tidak didapati lagi sekeping dinar seperti yg telah dijanjikan kepadanya. Tak pelak, pemuda soleh itu berasa marah lalu mengambil kampaknya dən bergegas pergi utk menebang pohon besar tersebut.
Di pertengahan jalan, iblis yg berwujud lelaki itu datang kembali utk menghadang. Dan dgn serta merta si pemuda soleh itu segera menyerangnya. Pergelutan sengit terjadi lagi antara
keduanya. Namun kali ini si pemuda soleh itu kalah. Dia coba bangkit berdiri tetapi kalah lagi. Berdiri lagi namun tetap kalah lagi hingga ketiga kalinya.
Lelaki soleh itu heran dən bertanya, "Kenapa aku kalah, adakah lawanku kini bertambah gagah?"
Iblis menjawab, "Engkau kalah bukan krn aku semakin gagah, tapi disebabkan kamu tidak ikhlas, niatmu kali ini bukan utk mencegah kemungkaran krn Allah, tetapi krn utk sekeping dinar emas yg tidak aku berikan."
Pemuda soleh itu tersadar dan mengakui bahwa dirinya memang tidak ikhlas, sehingga ia menjadi lemah karena niatannya kali ini hanya semata-mata utk mendapatkan dinar yg dijanjikan, bukan karena Allah seperti semula.
Si pemuda soleh akhirnya bertanya penasaran, "Kenapa kau bisa mengetahui niatku?" Iblis menjawab, "Aku adalah syaitan pengganggu orang-orang ikhlas." Begitulah kisahnya.
Hal ini sangat sesuai dengan Firman Alloh subhanahu wataala, dalam alQuran:
قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ
Ia (Iblis) berkata, Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan kejahatan, terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku, akan menyesatkan mereka semuanya,
اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka (karena keikhlasannya)." (Al Hijr 39-40)
Sahabat-sahabatku, kisah ini memberikan kesimpulan bahwa, keikhlasan itu merupakan suatu kekuatan untuk mengalahkan setan, disamping kekuatan utama, yakni diterimanya amal ibadah, di sisi Allah Subhanahu wataala. Semoga kisah ini memberi keberkahan kepada kita dan dapat menginspirasi setiap langkah kita, sehingga kita selalu ikhlas beramal soleh, karena Allah Taala. Amin ya rabbal alamin.
Sumber referensi kisah:
(Kitab Ihya' Ulumiddin, bab keikhlasan, oleh Al Imam Al Ghazali).
0 komentar:
Post a Comment