Selamat Membaca!
Dikisahkan bahwa di masa pemerintahan Abbasiyah, tepatnya ketika Kholifah Al Mutawakkil menjabat sebagai kepala negara, ada seorang wanita bernama Zainab, mengaku bahwa dirinya adalah cucu Nabi Muhammad SAW. Ia menyebut dirinya adalah putri dari pasangan Ali bin Abi Thalib dən Fathimah radhiyallahu ‘anhuma. Lebih jelasnya, ia mengaku sbg syarifah (al habib putri), dzurriyyat Nabi.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa rentang masa antara zaman kenabian dan pemerintahan Abbasiyah berkisar dua abad lamanya. Jadi, bagaimana mungkin ia masih hidup ketika itu? Kalau demikian, berarti ia hidup selama dua ratus tahun, bahkan lebih.
Meskipun pengakuannya ini tidak masuk akal, akan tetapi di tengah-tengah masyarakat, Zainab merupakan orang yg cukup berpengaruh. Ia juga memiliki banyak pengikut. Bahkan ia mampu memeloroti harta pengikutnya dngn begitu mudahnya. Keadaan ini akhirnya terdengar oleh khalifah.
Maka Khalifah Al Mutawakkil pun mengeluarkan perintah utk mengundangnya ke istana. Singkat cerita, bertanya kpd Zainab:
“Kamu ini seorang gadis. Sedən9kan Rosululloh telah wafat ratusan tahun yg lalu. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?”
Kemudian Zainab berkata: “Sesungguhnya Rosululloh pernah megusap kepalaku dən berdoa kepada Allah utk mengembalikan masa mudaku setiap empat puluh tahun sekali.”
Masih belum yakin dengən jawaban yg tak masuk akal ini, akhirnya Khalifah Al Mutawakkil mengumpulkam Masyayikh (para tokoh) keturunan Ali bin Abi Thalib, putra-putra Al-‘Abbas dən segenap warga Quraisy, termasuk si Zainab. Sang khalifah menyampaikan kepada mereka perihal masalah Zainab yg sangat kontroversial. Maka dgn tegas mereka menyebutkan sebuah riwayat bahwa Zainab binti Ali bin Abi Thalib telah wafat.
“Apa yg ingin kamu katakan utk menanggapi pernyataan mereka?” Khalifah kembali bertanya penuh selidik kepada Zainab.
“Itu riwayat palsu dan keji. Karena sesungguhnya, privasiku sangat terjaga dari pengetahuan orang-orang. Bahkan mereka tidak tahu tentang kehidupan dən kematianku.” Zainab mematahkan tuduhan itu dngn penuh percaya diri.
Kemudian Khalifah bertanya kepada jama’ah yg dia kumpulkan, “Adakah kalian memiliki bukti yg dapat mengungkap tipu daya wanita ini selain riwayat yg kalian sampaikan tadi?” Sayangnya mereka menjawab, “Tidak.”
Namun beberapa saat kemudian, salah satu dari mereka menawarkan satu solusi utk memecahkan masalah ini yaitu mendatangkan Ali bin Muhammad bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, yg mempunyai sebutan “Al Hadi", yakni orəng yg biasa memberi petunjuk.
Dikisahkan bahwa setelah disampaikan kepadanya tentang apa yg sedang terjadi, Al Hadi pun menegaskan bahwa Zainab putri Ali sudah lama meninggal. Dengən detail, Al Hadi menyebutkan tahun, bulan, dən hari wafatnya.
Tetapi rupanya ini bukanlah jawaban yg diinginkan Sang khalifah. Dən Al Hadi mengerti maksud Khalifah karena beliau masih berjanji tidak akan melepaskan Zainab sebelum membungkamnya dngn hujjah (bukti) yg kuat.
Akhirnya Ali Al Hadi kembali bersuara; “Jika benar dia adalah anak Fathimah ....”, Suara Al Hadi terhenti, sekaligus mendiamkan para hadirin yg sedan9 riuh lirih. Lalu Al Hadi berusaha mengungkap tipu daya Zainab dngn cara kedua yaitu mengajukan sebuah tantangan;
“Sesungguhnya jasad keturunan Fathimah tidak akan dimangsa oleh hewan-hewan buas. Oleh karena itu datangkanlah hewan buas kepadanya. Dən giringlah ia masuk ke tengah-tengah kerumunan hewan buas itu."
“Tidak!” teriak Zainab yg raut wajahnya tiba-tiba berubah seperti ketakutan. “Ini hanyalah cara agar dia bisa membunuhku! Kenapa tidak dia saja yang melakukannya.” Katanya, berusaha membela diri.
Dengən tenang, Ali Al Hadi berkata: “Ya. Aku berani membuktikannya.”
Dən beberapa saat kemudian, ia dimasukkan ke dalam sebuah kandang. Perlahan-lahan, enam ekor singa yg ada di dalam kandang itu, mendekati Ali satu per satu. Tangan Ali Al Hadi membelai kepala singa-singa yg mendekatinya dngn lembut dən penuh kasih sayang. Ternyata hewan-hewan buas itu menjadi jinak dən penurut di hadapan Ali Al Hadi.
Begitu melihat Al Hadi keluar dari kandang dgn selamat, yg menurutnya ini adalah sebuah pemandangan super langka, maka Zainab hanya terdiam seribu bahasa. Dalam batinnya berkata: "Aku tak mungkin bisa melakukannya. Binatang-binatang buas itu pasti akan mencabik-cabik tubuhku."
Dan akhirnya, ia mengakui kebohongannya yg selama ini ia lancarkan, begitu juga tipu daya yg ia mainkan. Masyarakat yg mengetahui kejadian ini, menjulukinya dngn sebutan, “Zainab Al Kadzdzabah", yakni Zainab si pendusta. Begitulah kisah dan tips mengetahui habib asli atau palsu.
Referensi kisah:
Al Mafakhir, An Naisaburi.
Lisan Al Mizan, Ibnu Hajar Al ‘Asqollani. Dan Muruj Adz Dzahab, Al Mas’udi.
0 komentar:
Post a Comment