Selamat Membaca!
Dikisahkan, bahwa pada zaman dahulu di sebuah daerah di kota Baghdad, ada seorang perampok yg sangat terkenal. Kehidupannya hanyalah bergantung kepada hasil perampokannya saja. Tak seorang pun ada yg berupaya menghalangi dia dari melakukan perbuatan keji itu.
Pada suatu malam, perampok itu berhasil memasuki sebuah rumah. Dia berharap akan mendapatkan harta yg banyak di dalam rumah itu. Namun sayangnya, setelah dia menggeledah seisi rumah itu, ternyata dia tidak menemukan sesuatu apapun yg berharga.
Apa yg didapatinya hanyalah beberapa bungkusan kain. Dia berfikir, dari pada dia tidak membawa hasil apa-apa, lebih baik dia mengumpulkan kain-kain itu utk dijual. Alhirnya diapun memgeluarkan kesemua bungkusan tersebut satu demi satu utk dikumpulkan di luar.
Setelah penat dia mengangkut bungkusan-bungkusan itu, dia merasa perlu berisitrahat. Tapi sayang, tatkala matanya hampir terlelap, ada terdengar bunyi orang masuk ke dalam rumah itu. Karena dia merasa takut ada yg memergokinya, maka dia mencari tempat perlindungan. Malangnya, di rumah itu tiada tempat yg dianggap aman dijadikan tempat perlindungan.
Akhirnya dia hanya mendiamkan dirinya di dalam kegelapan rumah itu. Dari tempat dia berdiri mematung, dia melihat seorang lelaki tua berjalan masuk sambil memegang sebuah lampu di tangannya. Oleh karena rumah itu berukuran kecil maka lampu yg di bawa lelaki tua tersebut cukup menerangi bagian dalam rumah tersebut. Tak pelak, lelaki tua yg notabene tuan rumah itu melihat perampok itu tengah berdiri di satu sudut rumahnya.
Tuan rumah itu mempersilahkam perampok tersebut duduk. Pada mulanya dia berasa takut, tetapi karena lelaki tua itu terlalu baik dan lemah lembut serta berjanji utk menolongnya mengangkutkan bungkusan itu barulah dia berasa senang dan gembira.
Lelaki tua itu berkata: “Bungkusan kain-kain itu takkan bisa engkau angkut seorang diri, lebih baik kita jadikan dua bungkusan besar. Kemudian engkau pikul satu bungkusan dan aku pikul satu bungkusan lainnya."
Perompak itu berkata: “Baiklah, tetapi biarlah aku memikul bungkusan yg besar karena aku yg mula-mula masuk ke dalam rumah ini”. “Baiklah”. Sahut orang tua itu. Lalu mereka pun keluar dari rumah tersebut utk segera mengangkut bungkusan kain.
Setelah agak lama berjalan, orang tua itu tampak merasa lelah memikul bungkusan kain itu. Tapi dia paksa berjalan perlahan-lahan mengikuti perompak itu. Sementara si perampok apabila melihat orang tua berjalan terlalu lambat, dia malah membentak-bentak. “Hey! Orang tua! Cepat lah sedikit! Kita mesti sampai ke tempatku sebelum matahari naik. Kalau tidak, kita berdua pasti akan ditangkap.”
Tanpa menghiraukan keadaan orang tua itu, perampok itu terus berjalan dngn lebih cepat sehingga orang tua itu jauh tertinggal di belakang. Orang tua itu mencoba mengejarnya tetapi apalah daya dia tak mamou. Bahkan sesekali ia terjatuh.
Alhasil, mereka pun sampai ke tempat yg dituju, yaitu tempat persembunyian perompak itu. Maka perompak itu berkata: “Sekarang kita telah sampai. Hai, orang tua! Kau ambillah bagian engkau dan pergi dari sini!”
Sambil menatap muka si perampok, orang tua itu berkata: “Hai, anak muda! Ambillah olehmu semua barang itu. Aku tidak memerlukannya. Sebenarnya rumah yg engkau masuki tadi adalah rumahku. Aku fikir engkau ini orang yg miskin hingga terpaksa menjadi pencuri. Aku harap barang-barang ini kelak akan meringankan sedikit beban engkau. Sekarang engkau telah tahu rumahku. Suatu saat nanti apabila engkau memerlukan bantuan datanglah ke rumahku”.
Setelah itu orang tua tersebut pergi meninggalkan tempat itu. Si perampok hanya tertegun dən tercenggang seolah-olah tidak percaya apa yg telah dialami hampir semalaman. Dia begitu heran memikirkan kebaikan orang tua yang luar biasa itu.
“Apakah benar apa yg aku alami ini? Aku telah memasuki rumahnya dan mengambil barang-barangnya lalu dia datang pula menolong aku. Setelah itu, dia memyuruhku datang ke rumahnya jika aku memerlukan bantuannya lagi. Ah!!!!!.......baik betul orang itu!" Bisik hati kecilnya”.
Dikisahkan pula bahwa selang beberapa hari setelah kejadian itu, si perompak pergi lagi ke rumah orang tua itu, tetapi di waktu siang. Sesampainya di halaman rumah, dia melihat seorang anak muda sedang memotong kayu.
Lalu dia pun bertanya: “ Wahai saudara, bolehkah saya tahu, siapakah tuan pemilik rumah ini?” Sambil tersenyum pemuda itu menjawab: “Wahai saudara, kalau boleh saya kira-kira, tentu saudara datang dari luar daerah, karena semua penduduk disini, hingga anak-anak pun tahu bahwa rumah ini adalah rumah seorang wali Allah bernama Junaid”
Sontak saja, setelah si perampok mendengar nama itu dia merasa teramat sangat menyesal atas segala perbuatan yg pernah dilakukannya terhadap wali itu. Dan tanpa berpikir panjang, dia bergegas masuk ke dalam rumah wali itu utk meminta maaf.
Setelah menemui lelaki tua yg notabene waliyullah itu, dia terus sungkem di kaki wali Allah Junaid sambil menangis memohon kemaafannya. Dengan tersenyum, wali Allah Junaid mengiyakan permohonannya lalu memaafkannya.
Sebagai berkat kemaafannya serta sikapnya yəng dikenal penyantun akhirnya si perampok bersedia bertaubat kepada Allah sehingga dia menjadi seorang yəng shaleh dan bertakwa.
Tidak mungkin seorang yəng jahat itu akan kekal jahat jikalau dia mau merubah dirinya menjadi orang shaleh. Karena Allah berjanji akan memasukkan hamba-hambaNya ke dalam surga kecuali mereka yg menolak, yaitu orang yg tidak mau berbuat keshalehan.
Mudah2an kisah ini menjadi ibrah bagi kita semua, sehingga yang shaleh semakin shalih, yang jahat jadi bertaubat, kemudian kita semua selamat di dunia serta di akhirat. Aaamiiin yra.
0 komentar:
Post a Comment