TAFAKKUR MENDALAM TENTANG TUMPUKAN DOSA", Muhasabah Tahun Baru Hijriyah


Mentafakkuri dosa seakan tiada pernah ada masa kadaluarsanya. Karena semakin jauh ditafakkuri, semakin tak terhitung jumlahnya. Semakin sering direnungi, semakin nampak tumpukan"nya. Semakin dalam diingati, semakin jelas dosa" itu menghantui cakrawala hati.

Dari ujung rambut hingga ujung jari kaki hampir tak ada bagian yg tak ikut andil menambah tumpukan dosa itu. Dari baligh hingga saat ini seakan tak ada bosan diupdate setiap waktu.

Bagaiamana tidak, rambut yg semestinya dibawa sujud malah dibawa ujub. Mata yg semestinya dipakai melihat keagungan ciptaan Allah, malah dibawa melihat kekurangan fisik seseorang.

Telinga yg seharusnya dibawa mendengar tausiyah religi malah dibawa mendengar obrolan tak berarti. Mulut yg seharusnya dibawa bicara indah malah dibawa bicara ghibah. Lisan yg seharusnya dibawa membaca Al-Qur'an malah dibawa membaca tulisan tak karuan. Bibir yg semestinya dibawa berdzikir, malah dibawa mencibir.

Tangan yg seharusnya dibawa menolong orang lain malah dibawa nyolong hak orang lain. Jari yg semestinya dibawa mengetikkan kalimat thayyibah, malah mengetikkan  datadata salah. Kaki yg seharusnya di bawa pergi ke masjid malah dibawa pergi ke tempat 'najis'.

Perut yg seharusnya diisi makanan halal lagi baik malah diisi makanan haram lagi berpenyakit. Dan hati yang seharusnya dipenuhi dzikir malah dipenuhi materi mubazir.

Nikmat, rezeki, jodoh, ilmu, umur, waktu, dan nikmat lainnya yg semestinya dibawa mendekat kepada Allah, malah dibawa mendekat kepada yg selain Allah.


Lalu teringatlah sebuah pengakuan Nabi Yusuf yg diabadikan dalam Al-Qur'an yaitu, artinya:

" Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." { QS. Yusuf, ayat 53 ).

Dengan ini jelaslah bahwa dosa-dosa yg menumpuk itu akibat dari nafsu jahat yg dibiarkan berkuasa di dalam diri dimana semestinya harus dilumpuhkan dng upaya mengupgrade hati dng taubat atau dng segera merestart diri dengan air wudhu' atau dng dzikir, do'a, dan ibadah khusyu'.

Tapi apalah hendak dikata, kalaulah nafsu sudah merajalela di dada, upaya pelumpuhan seperti itu tak akan diingat lagi. Yang tampak kemudian hanyalah kegelapan palsu yg menyilaukan pandangan.

Selang beberapa waktu, barulah kesadaran akan tipuan kegelapan itu datang bersama penyesalan dan penyesalan, akan tetapi masih menyisakan keragua"an atau menyimpan tanda tanya ketidakyakinan. Apakah penyesalan yg datang itu bersifat sementara ataukah bersifat permanen? Semua berpulang kepada kemampuan diri melumpuhkan nafsu jahat itu.

Inilah yg Nabi saw. maksudkan sebagai jihad akbar. Betapapun beratnya berperang dgn org kafir tapi lebih berat lagi memerangi nafsu jahat di dalam diri ini.

Mengingat uraian di atas, terasa sekali betapa sulitnya membawa badan menuju kpd keridhaan Ilahi. Apalagi utk mendapatkan kenikmatan hakiki berupa perjumpaan dengan-Nya di akhirat nanti.

Tapi bila mengingat bahwa putus asa dari rahmat-Nya adalah suatu larangan, ditambah lagi bahwa keampunan-Nya jauh melebihi murka-Nya, maka dicelah inilah terdapat kesempatan memperbaiki diri dgn kesungguhan hati.

Mengenai uraian barusan, banyak dijumpai di dalam kalam Ilahi seperti terdapat pd ayat" di bawah ini yaitu, artinya:

Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nahl, ayat 119)

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. { Al-Anfaal, ayat 29 }

Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan. (Al-Mā'idah, ayat 65)

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia;.....( At-Taĥrīm, ayat 8 ).

Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. ( Muhammad, ayat 2 )

Dan hadits No.1506 menjelaskan bahwa, artinya:
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Setiap anak Adam itu mempunyai kesalahan dan sebaik-baik orang yang mempunyai kesalahan ialah orang-orang yang banyak bertaubat. Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah. Sanadnya kuat. (Bulughul Maraam)

Ayat" dan hadits di atas memberikan penjelasan bahwa Allah bersedia memberi keampunan bagi siapa saja yg memohon ampun atas dosa dan kesalahannya, berkat kemaha pengampun-Nya juga kemaha kasih sayang-Nya.

Tapi bagaimana dng dosa dan kesalahan terhadap orang lain? Apakah dengan serta-merta diampuni oleh Allah bersamaan dng pengampun-Nya atas dosa" terhadap-Nya?

Dalam hal pertanyaan di atas, Nabi saw. bersabda dlm beberapa hadits beliau, yg artinya:

Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kafarat (membayar denda) kepada orang-orang yang engkau umpat ialah engkau memohon ampun untuknya." Riwayat Ibnu Abu Usamah dengan sanad lemah. Hadits No. 1546 BM

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhari - Muslim )

Dari Muadz Ibnu Jabal Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menghina saudaranya karena suatu dosa ia tidak akan mati sebelum melakukannya." Hadits hasan riwayat Tirmidzi dan sanadnya terputus. Hadits No. 1544 BM

Terimakasih Anda telah membaca bacaan religi dan umum dari
TBv
Taman Baca Virtual.
Label: Bacaan, Virtual, Buku, Artikel, Religi, Umum
Tags: #artikel #bacaan_religi #tafakkur #dosa #muhasabah #tahun_baru #hijriyah

Bagikan:

0 komentar:

ARSIP BULANAN

PEMBACA TBv

PEMBACA ONLINE