Sebelum membaca tips ini marilah kita berpositif thinking terlebih dahulu bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin terjadi apabila sudah dikehendaki Allah dan tidak ada sesuatu yang mungkin terjadi apabila memang tidak dikehendaki-Nya, termasuk di dalam usaha pencapaian sesorang agar supaya menjadi ulama.
Mengutip dari ceramah KH. Hasyim Muzadi ( 8 Agustus 1944 – 16 Maret 2017 ) di salah satu televisi swasta bahwa "Ulama adalah orang yang memahami ilmu agama dan selalu mengamalkannya, sementara orang yang hanya memahami ilmu agama itu disebut cendekiawan", dan mengingat sebuah firman Allah yang menyatakan bahwa: "Sesungguhnya orang yang takut (takwa) kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama" (Fathir,28).
Dengan ini dapat didefinisikan bahwa ulama adalah orang yang memahami banyak ilmu agama dan selalu mengamalkan ilmunya karena takwa kepada Allah. Juga dapat diartikan bahwa semakin banyak ilmu agama akan semakin mengenal Allah, semakin mengenal Allah akan semakin takwa kepada-Nya, semakin takwa kepada-Nya akan semakin banyak mengamalkan ilmunya, dan semakin banyak mengamalkan ilmunya akan semakin mengangkat derajat keulamaannya di sisi-Nya.
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa tips menjadi ulama itu sangat simpel karena syaratnya tidak banyak dan sangat fleksibel karena bisa dicapai dimana saja oleh siapa saja, termasuk kita-kita. Maksudnya ya si penulis dan si pembaca, termasuk Anda, asalkan ada minat.
Baiklah, bagi seseorang yang ingin menjadi ulama cukup dengan hanya melengkapi 3 persyaratan saja yaitu:
1. Takwa kepada Allah SWT
2. Memahami ilmu agama
3. Mengamalkan ilmunya
Dengan berbekal 3 persyaratan itu seseorang sudah cukup disebut sebagai ulama. Akan tetapi tentu derajatnya masih perlu ‘dipertanyakan’, apakah ia ulama kecil, atau ulama sedang, atau ulama besar.
Sejauh ini belum ada kriteria khusus untuk menentukan apakah seseorang layak disebut ulama’ kecil, sedang atau besar. Semuanya seakan-akan berjalan ‘spontan’ berdasarkan ‘kesepakatan’ masyarakat di sekitarnya lalu ke masyarakat luas. Semakin banyak pengakuan masyarakat terhadap seseorang itu maka semakin ‘besar’ juga derajat keulamaannya di mata masyarakat.
Tapi anehnya, walaupun kesepakatan/pengakuan masyarakat ini terkesan ‘spontan’, mereka tidak mempermasalahkannya selama ulama tersebut tetap berpegang teguh kepada 3 tips simpel di atas. Yang ulama pun juga begitu, tidak mempermasalahkan apakah beliau disebut ulama kecil, sedang atau besar. Bahkan beliau tidak mempermasalahkan apabila ada seseorang tidak menyebutnya ulama. Dan yang lebih aneh lagi, ada juga ulama yang tidak suka kalau keulamaannya diketahui orang banyak seperti kisah nyata yg terjadi pada waliyullah.
Ya, walaupun ada yang terlihat aneh dan ada yang terkesan spontan, kita harus meyakini bahwa di balik semua itu pasti ada yang menghendaki yaitu Yang Maha Berkehendak. Dialah yang mengatur semuanya dengan Kuasa-Nya atau dengan lantaran sebab-akibat berupa upaya ulama itu sendiri atau upaya dari ulama terdahulu.
Di sinilah peluang bagi seseorang yang ingin menjadi ulama. Ya, selain ada faktor kehendak Allah, masih ada ruang sebab-akibat yang bisa diupayakan untuk disebut ulama’ dan atau mencapai derajat keulama’an. Yang pertama yaitu takwa, yang kedua yaitu ilmu agama, dan yang ketiga yaitu amal seperti halnya 3 tips di atas. Adapun apa yang dimaksud dengan takwa, kemudian apa saja yang dikategorikan ilmu agama, dan bagaimana beramal ibadah sesuai syariat agama, rupanya tidak perlu diuraikan di sini mengingat keterbatasan waktu si penulis, dan mengingat si pembaca ‘kan ‘calon’ ulama????!!!!
Terimakasih Anda sudah membaca
Bacaan:Pidato, Artikel, Tips, Kategori: Umum. Religi
Dari Taman Baca Virtual
TBv
0 komentar:
Post a Comment